Subak Jatiluwih Bali, Wisata Irigasi Sawah Bali yang masuk Unesco

Subak Jatiluwih Bali

Subak Jatiluwih Bali terkenal dengan Wisata Agrikultur yang sangat famous di telinga warga Bali. Lokasi wisata ini bahkan dijadikan salah satu warisan alam yang masuk predikat Unesco.

Tempat ini di jadikan lokasi wisata dan di lestarikan oleh warga sekitar. Bahkan Pemerintah Bali mengelola langsung untuk di promosikan ke Wisatawan. Banyak sekali Wisatawan dari luar Bali bahkan dari mancanegara yang ingin mengunjungi lokasi yang indah ini.

Predikat resmi dari Unesco untuk Lahan Terasering ini sangat membanggakan Indonesia. “Subak Jatiluwih Tabanan di tetapkan oleh Unesco sebagai warisan budaya tak benda di tahun 2012”. Berikut pernyataan I Gede Pitana yang waktu itu menjabat Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata.

Kawasan Warisan Budaya ini mencakup lima wilayah di Bali yaitu Gianyar, Badung, Buleleng, Bangli dan Tabanan yang mencapai 19.500 hektar.

Terkenal dengan kawasan sawah berundak di kaki Gunung Batukaru. Sejak saat itu, setiap tahunnya tidak kurang dari 200.000 wisatawan yang mengunjungi kawasan ini.

Tapi setiap segala sesuatu pasti ada konsekuensinya, seperti subak yang esensinya adalah sistem pengairan sawah seolah menjadi melulu hanya fokus menjadi tempat wisata saja. Itu dianggap sebagai ancaman bagi Subak Jatiluwih untuk kedepannya.

Kelebihan dan keindahan

Subak Jatiluwih Tabanan mempunyai kelebihan dari Subak yang lain karena :

  1. Benih Padi yang di tanam adalah varietas lokal yaitu Padi Bali Merah, menurut antaranews.com menyatakan beras merah dari Jatiuwih ini diolah menjadi teh yang sangat nikmat
  2. Lokasinya masih sangat asri di banding dengan lokasi Subak yang lain yang sudah di pagari dengan beton.
  3. Karena kepedulian yang tinggi warga sekitar membuat Subak ini masih sangat asri dan terjaga kelestariannya.
  4. Lanscape pemandangan alam yang begitu sempurna

Subak Jatiluwih pernah di kunjungi Mantan Presiden Amerika Barrack Obama pada tahun 2017. Bahkan dia mengajak rombongan untuk menikmati eksotisme lokasinya.

Salah satu keunggulan lainnya adalah Sunrise nya. Saat cuaca cerah, Matahari yang perlahan muncul di Kaki Gunung Batukara seakan menyapa kita dari persembunyiannya.

Para Anggota Subak menanamkan Tiga Konsep Keseimbangan yang mereka sebut Tri Hita Karana dan selalu mereka aplikasikan sehari-hari dalam praktik bertani. Tiga Keseimbangan itu adalah Parahyangan ( Hubungan baik dengan Tuhan), Pawongan ( Hubungan baik dengan Manusia), dan Palemahan ( Mencintai lingkungan).

Upacara adat Khas Bali

Beberapa Upacara yang biasa di lakukan oleh Petani di Bali sebagai wujud eksistensinya sebagai makhluk yang tidak berdiri sendirian:

  1. Pamungkah, yaitu upacara memohon kesuburan dan kebaikan akan padi yang ditanam. Upacara ini dilakukan pada Sasih Kawulu (bulan Februari).
  2. Ngurit, yaitu upacara menaruh bibit awal yang dilakukan oleh seluruh anggota subak di lahannya masing-masing. Ngurit selalu dilaksanakan pada Sasih Kelima (sekitar bulan November).
  3. Ngendag Tanah Carik, yaitu Sebuah upacara meminta keselamatan dari segala bahaya pada saat membajak tanah sawah. Prosesi ini masih pada Sasih Ketiga (bulan September).
  4. Mapag Toya, yaitu upacara mencari sumber mata air. Upacara ini diikuti oleh semua anggota subak dan dilakukan pada Sasih Ketiga atau sekitar bulan September. Ini disebut Kempelan yaitu aktifitas membuka selang air ke pusat aliran air di hulu subak, selanjutnya air akan mengaliri sawah.
  5. Penyepian, yaitu upacara memohon keselamatan agar tanaman padi mereka bebas dari hama/penyakit dan biasanya di Sasih Kesanga (sekitar bulan Maret).
  6. Ngerasakin, yaitu upacara membersihkan sisa kotoran yang tertinggal ketika melakukan pembajakan sawah, upacara ini selalu dilakukan setelah selesai pembajakan pada masing-masing tanah garapan di awal Sasih Kepitu (awal bulan Januari).
  7. Pangawiwit (Nuwasen), yaitu upacara pencarian hari baik untuk memulai bertani yang dilakukan di sekitar Sasih Kepitu (awal bulan Januari).
  8. Ngekambuhin, yaitu Upacara memohon kebaikan bagi biji awal padi yang baru tumbuh dan dilakukan pada saat padi berumur 42 hari pada sekitar Sasih Kewulu (bulan Pebruari).
  9. Mesaba, yaitu kegiatan upacara pasti sebelum panen yang dilakukan pada Sasih Kedasa (bulan April) oleh anggota subak pada sawah nya masing-masing.
  10. Manyi, yaitu Upacara kegiatan memanen padi (bulan Juli).
  11. Ngadegang Bhatari Sri (Bhatara Nini), yaitu upacara simbolis untuk memvisualisasikannya sebagai Lingga-Yoni.
  12. Upacara Nganyarin, yaitu upacara saat panen Padi dan dilaksanakan pada Sasih Sada (bulan Juni) oleh anggota subak di lahannya.
  13. Mantenin, yaitu upacara menaikkan padi ke lumbung atau upacara menyimpan padi di lumbung yang dilaksanakan pada Sasih Karo (bulan Agustus).
  14. Pengerestitian Nyegara Gunung, yaitu prosesi nyegara gunung yang dilakukan di Pura Luhur Petali dan Pura Luhur Pekendungan (bulan Maret/April).

Untuk para wisatawan bisa sambil menikmati jajanan dan minuman yang ada di sekitar Lokasi wisata. Mereka berjualan di Gubuk-gubuk samping trekking jalan di Jatiluwih dan kadang menjadi tempat persinggahan para wisatawan yang berkunjung.

Lokasi dan Harga Tiket Masuk

Untuk Wisatawan Lokal di kenakan Rp 15.000,-. Sedangkan untuk Wisatawan Mancanegara sekitar Rp 40.000,-.

Subak Jatiluwih ada di Desa Jatiluwih Kecamatan Penebel, Tabanan Lokasinya terbentang luas sekitar 400 hektar dengan ketinggian 800 Mdpl. Sekitar 50 km dari Kota Denpasar atau sekitar satu setengah jam perjananan.

Pos terkait